News

  • 0

PLN Memutuskan Membangun PLTD di Pulau Komodo

Tags : 

 

Tak jauh dari bibir pantai di Pulau Komodo, Kabupaten Bajo, Pulau Flores, terdapat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dioperasikan PT PLN (Persero).

PLTD ini berdiri sejak 2017 lalu. Saat itu, PLN memutuskan membangun PLTD di Pulau Komodo karena daerah ini belum teraliri listrik secara merata.
Di kompleks PLTD, ada tiga mesin diesel. Ovaldi Seik, salah satu penanggung jawab dari PLTD ini mengatakan mesin diesel dinyalakan setiap menjelang pukul 18.00 WITA, sebab listrik Pulau Komodo baru menyala dari pukul 18.00 WITA malam hingga pukul 06.00 WITA pagi.
“Kita berlima baru akan menyalakan menjelang sore,” katanya saat ditemui di PLTD Pulau Komodo, Flores, Rabu (28/3). 
 PLTD Pulau Komodo
PLTD ini berdiri sejak 2017 lalu. Saat itu, PLN memutuskan membangun PLTD di Pulau Komodo karena daerah ini belum teraliri listrik secara merata.
Di kompleks PLTD, ada tiga mesin diesel. Ovaldi Seik, salah satu penanggung jawab dari PLTD ini mengatakan mesin diesel dinyalakan setiap menjelang pukul 18.00 WITA, sebab listrik Pulau Komodo baru menyala dari pukul 18.00 WITA malam hingga pukul 06.00 WITA pagi.
“Kita berlima baru akan menyalakan menjelang sore,” katanya saat ditemui di PLTD Pulau Komodo, Flores, Rabu (28/3).
Kendala lain yang masih harus ditangani secara teknis adalah saat listrik di rumah warga mengalami gangguan. Ma’aruf mengaku mereka harus membawa tangga milik PLN yang panjang dengan menggotongnya sambil berjalan kaki.
“Jarak terjauh yang kita pernah tangani listriknya saat gangguan itu sekitar 800 meter tapi dengan jalan kaki dan gotong tangga ini,” ucapnya.
Tak hanya ada mesin-mesin diesel dan berbagai alat untuk mengalirkan listrik, di komplek PLTD yang kecil ini juga terdapat mess sederhana seperti kontainer. Mess ini ditidur oleh lima teknisi, yakni Ovaldi Seik, Ariffuddin, Adhar, Ma’aruf Adiatma, dan Muhammad Fauzi. Tak jauh dari mess mereka, ada sebuah kotak kontainer lain untuk kantor administrasi PLTD.
Sumber : https://kumparan.com/

  • 16

PLN Pasang Pembangkit Diesel 1,5 Megawatt di Pulau Awet Muda

Tags : 

PT PLN (persero) membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga diesel dengan kapasitas 3 x 500 kilowatt atau 1,5 Megawatt. “Sejak November 2017 lalu listrik sudah masuk. Selain di Gili Iyang juga di pulau Gili Ginting, Sapudi dan Pulau Kangean,” kata Manajer Komunikasi, Hukum dan Administrasi PT PLN (Persero) Distribusi Jatim Wisnu Yulianto, Selasa (3/4/2018). Di kepulauan tersebut, pihaknya menargetkan tahun ini ada sekitar 25 desa lagi yang akan teraliri listrik. “Ini melengkapi rasio elektrifikasi Jawa Timur yang hingga akhir tahun ini mencapai 97 persen lebih,” jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “PLN Pasang Pembangkit Diesel 1,5 Megawatt di Pulau Awet Muda”, https://regional.kompas.com/read/2018/04/03/18443951/pln-pasang-pembangkit-diesel-15-megawatt-di-pulau-awet-muda.
Penulis : Kontributor Surabaya, Achmad Faizal
Editor : Farid Assifa

Sumber : https://regional.kompas.com


  • 1

Gas Generator Sets Market Trends & Forecasts to 2024

TECHNOLOGY
Generator Sets Market Segmented by Product, Top Manufacturers, Geography Trends & Forecasts to 2024
March 22, 2018 – by jignesh.t

MarketStudyReport.com adds a new Generator Sets Market research report for the period of 2017-2024 that shows the market is growing at steady CAGR to 2024.

Generator Sets Market will exceed USD 34 Billion by 2024; according to a new research report. Inadequate power supply, unreliable grid infrastructure coupled with escalating demand for invariable power will stimulate Generator Sets Market. The industry is extensively driven by the rapidly expanding global population and urbanization worldwide. Strengthening need for self-generating power to combat chronic power shortages will further boost the product penetration.

Gas generator sets market is predicted to expand over 9 % by 2024. Natural gas is being increasingly used as an alternative energy source to replace conventional fossil fuels including diesel and gasoline. The growing inclination toward natural gas as a fuel source is attributed to stringent government regulations restricting the use of other counterparts.
The U.S. market is set to witness a growth of over 4% by 2024. Rapid recurrences of natural adversities resulting in prolonged power outages has entailed an extensive installation of gensets. In September 2017, Hurricane Maria, a Category 4 storm vandalized nearly 80 percent of Puerto Rico power transmission lines. The storm led to the longest outage in the U.S. history leaving more than 1.57 million electricity customers without power.

Growing dependency on digitization along with steady upsurge in data center outages cost will significantly boost the gensets adoption. According to Ponemon Institute, an average data center outage cost has dramatically increased by over 38 percent from USD 505 thousand in 2010 to USD 740 thousand in 2015. The burgeoning expansion of the data centers sector is invariably accompanied by significant growth in the global market.

The ongoing deployment of gensets across the industrial sector as a source of prime power generation will fuel the industry growth. These units are being increasingly installed in multiple industries including mining, oil & gas, construction where grid access is limited. Rapid industrialization along with increasing investments toward infrastructural development will propel the global market.

Polyphase gensets will witness an appreciable growth owing to their operational suitability in wide ranging applications. The product is predominantly deployed across commercial and industrial sectors on account of their high flexibility, material efficiency and ability to support high power requirements.

High electricity costs, poor transmission & distribution networks along with rapid population growth across developing economies will positively impact the market growth. Increasing energy consumption coupled with inadequate installed capacity will further complement the business outlook.

Source : https://businessservices24.com/


  • 0

Perkembangan Proyek 35.000 MW Jokowi

Tags : 

Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi program 35.000 Megawatt (MW) yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga November 2017 mencapai 1.061 MW, atau baru sekitar 3% pembangkit yang beroperasi.

“Status terahir November 2017 untuk program 35 Gigawatt (GW) itu untuk pelaksanaan program sudah COD 1.061 mw atau 3%,” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy N Sommeng, di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2018).

Meski begitu, Sommeng mengatakan, saat ini proyek pembangkit dalam program 35.000 MW yang memasuki tahap konstruksi telah sebesar 16.992 MW dan dalam tahap perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) belum konstruksi 12.726 MW. Selain itu, masih dalam tahap pengadaan ada 2.790 MW dan perencanaan sebesar 2.228 MW.

Dia menjelaskan, kegiatan pembangunan pembangkit memang kadang berbeda antara hasil dengan perencanaan awal. Begitu juga dalam program 35.000 MW di mana proyeknya ada yang sudah COD, konstruksi dan PPA.

“Jadi 35 GW itu program pembangunan infrastruktur multi years. Nah struktur pemerintah bersama operator sampai 2019 ada reschedule 2020 semua administrasi sudah dan sisanya tinggal sama konstruksi jadi perencanaan dan pengadaan juga sudah. Jadi kita lihat in line dengan kebutuhan juga,” terangnya.

Sementara itu, untuk target tambahan pasokan listrik pada 2017 sebesar 62.000 MW juga masih belum tercapai. Pada tahun 2017 lalu realisasi pasokan listrik Indonesia berada di 60.000 MW.

Walaupun tak mencapai target tahun lalu, namun pemerintah meningkatkan target pasokan listrik Indonesia tahun ini mencapai 65.000 MW. Sommeng mengatakan hal itu optimis dapat dicapai melalui pembangkit dari program 35.000 MW yang beroperasi pada tahun ini.

“Tahun 2018 65.000 MW, saya kira itu terlampaui dengan ada program 35.000 MW,” pungkas Sommeng. (ara/ara)

Sumber : https://finance.detik.com/energi/


  • 0

Pengembangan Ketenagalistrikan di Indonesia

Tags : 

TENAGA listrik merupakan komoditas penting dan strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, meningkatkan peradaban dan kesejahteraan serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Selain itu tenaga listrik merupakan komoditas mahal karena proses penyediaan tenaga listrik merupakan kegiatan yang padat modal, padat teknologi, padat usaha, dan memiliki risiko usaha yang tinggi sehingga memerlukan jaminan pengembalian atas investasi yang dikeluarkan.

Kebijakan energi nasional harus menjangkau horison waktu yang panjang mencakup beberapa dekade dengan mempertimbangkan berbagai sumber energi disamping itu pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Oleh karena itu diperlukan Ketahanan pasokan energi (security of supply) yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah.

UU No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan mengamanatkan kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyediaan tenaga listrik. UU juga memberikan kewenangan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam memberikan persetujuan atas harga tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik. UU juga menyatakan bahwa tarif tenaga listrik untuk konsumen dapat ditetapkan secara berbeda di setiap daerah dalam suatu wilayah usaha. Kebijakan Pemerintah terhadap tarif adalah tarif tenaga listrik secara bertahap dan terencana akan diarahkan untuk mencapai nilai keekonomian sehingga tarif tenaga listrik dapat menutup biaya pokok penyediaan yang telah dikeluarkan.

Situasi Energi China

Pada tahun 2015 Cina adalah penghasil listrik terbesar di dunia (24% dari produksi global), produsen energi terbarukan non-hidrolik terbesar kedua (17% dari produksi global) dan produsen batubara terbesar (3,5 miliar ton batubara per tahun atau 47 % produksi global).  Sekitar 45% produksi batubara China dikonsumsi di sektor listriknya dan 65% dari seluruh listriknya berasal dari batubara. Sektor listrik berbasis batubara China sendiri menghasilkan setidaknya 7% emisi setara karbon dioksida global, dan sekitar sepertiga dari emisi domestik China.

Hal ini menunjukkan kenaikan keunggulan global relatif baru negeri ini dan telah terjadi sangat pesat dalam dekade terakhir. Angka-angka ini memberi latar belakang bagi kepentingan internasional yang signifikan di pasar tenaga listrik China dengan reformasinya. Konsumsi energi primer China mencapai 4,26 miliar ton setara batubara (ton), naik 2,1% dibanding tahun 2013, dan menyumbang 23 persen konsumsi energi global. Energi primer tumbuh hanya 29 persen secepat laju pertumbuhan PDB.
Pengembangan Ketenagalistrikan di Indonesia

China menyumbang 27,5 persen emisi CO2 terkait energi global. Emisi CO2 per kapita China adalah 6,6 ton / orang, 49 persen di atas rata-rata dunia namun 59 persen di bawah Amerika Serikat. China menyumbang lebih dari separuh total konsumsi batubara dunia. Sebaliknya, konsumsi minyak China 12 persen dari permintaan dunia dan gas alam adalah 5,5 persen. Sejak tahun 2000, konsumsi gas alam China tumbuh pada tingkat 15,3 persen per tahun. Kawasan barat China terus menjadi sumber dominan peningkatan produksi minyak dan gas alam. China menambahkan 113 gigawatts (GW) kapasitas pembangkit pembangkit tenaga baru, yang 48 persen berbasis bahan bakar fosil.

Kapasitas tenaga angin naik 20 GW dan kapasitas fotovoltaik surya (PV) sebesar 9 GW. Pembangkit Listrik Tenaga angin menyumbang 22 persen dari total global, dan PV adalah 16 persen dari total global. Impor gas alam mencapai 60 miliar meter kubik (m3), naik 13 persen, termasuk kenaikan 15 persen gas pipa dari Asia Tengah, dan peningkatan 10 persen impor gas cair. Impor minyak mentah naik 9,5 persen menjadi 6,7 juta barel/hari, dan impor batu bara turun 15 persen menjadi 156 juta ton.

Permasalahan Energi di Indonesia

Permasalah energi di Indonesia pada awalnya adalah adanya ancaman pasokan energi  (security of energy supply) yang diakibatkan tata kelola energi yang masih tidak sinkron. Kebutuhan listrik nasional yang diperkirakan tumbuh sekitar 8 – 9 % per tahun mengakibatkan perlu percepatan dalam pembangunan pembangkit dan penyalurannya. Mengacu pada pertumbuhan tersebut,  berarti bahwa setiap tahun palin tidak harus ada tambahan sekitar 5.700 MW kapasitas pembangkit baru. Inilah yang harus disiapkan, apabila tidak terpenuhi melalui PLN dan IPP (pengembang listrik swasta), maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik di Indonesia cenderung terus meningkat sesuai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat serta makin berkembangnya industri.

Namun demikian, pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik tersebut tidak dapat sepenuhnya dipenuhi PT. PLN karena keterbatasan kemampuan, sehingga masih ada beberapa sistem kelistrikan di luar Jawa-Bali yang mengalami kekurangan pasokan daya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PLN telah membanguna pembangkit tenaga listrik selain dari pembangkit listrik milik PLN sendiri juga menyewa pembangkit diesel dan melakukan pembelian listrik swasta.

Hal ini menjadi langkah besar bagi Pemerintah dalam penyediaan listrik karena dibutuhkan dana yang begitu besar dalam investasi infrastruktur ketenagalistrikan, mulai dari pembangunan pembangkit-pembangkit baru, jaringan transmisi, dan hingga jaringan distribusi agar listrik dapat disalurkan hingga ke konsumen dengan mutu dan keandalan yang baik. Langkah berikutnya adalah bahwa kenyataan rasio elektrifikasi yang  mencapai sekitar 93,08%, artinya masih ada sekitar 6 juta konsumen  masyarakat yang belum memiliki akses terhadap listrik sehingga tidak dapat menikmati listrik. Hal besar lainnya adalah kebutuhan subsidi listrik yang terus meningkat jumlahnya seiring dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif tinggi.

Sumber : https://nasional.sindonews.com


  • 3

PLN Tambah Pasokan Listrik 6 MW untuk Nunukan

Tags : 

JAKARTA – Guna meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, PLN Wilayah Kaltimra meresmikan tambahan enam unit mesin pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang masing-masing genset berkapasitas 1.000 kilowatt (kW), di PLTD Sei Bilal, Nunukan.

Dengan beroperasinya tambahan mesin pembangkit ini, kapasitas Sistem Kelistrikan Nunukan bertambah sebesar 6X1.000 kW, atau setara dengan 6 megawatt (MW).

Penambahan enam unit mesin diesel ini disebut sebagai wujud kerja nyata PLN guna memperkuat pasokan listrik di Nunukan yang merupakan salah satu wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Dijalankan dengan skema isolated, sistem kelistrikan Nunukan saat ini memiliki daya mampu berkisar 11 MW dengan beban puncak 10,5 MW.

“Dengan bertambahnya mesin ini daya mampu Sistem Nunukan menjadi 17 MW. Sehingga layanan listrik PLN sangat terbuka bagi pelanggan baru baik industri, bisnis, maupun rumah tangga,” ungkap Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN Machnizon Masri dalam siaran pers, Senin (11/12/2017).

Machnizon juga menjelaskan tentang rencana proyek kelistrikan Nunukan kedepannya. Langkah demi langkah, kata dia, akan ditempuh guna meningkatkan rasio eletrifikasi di Kaltara yang saat ini pada kisaran 78,81%

“Dalam 3-4 tahun ke depan, PLN memiliki rencana penambahan beberapa pembangkit. Setelah penambahan enam unit hari ini, pada 2018 nanti juga akan ada tambahan 2 MW untuk Pulau Sebatik. Lalu pada PLTMG Nunukan 10 MW yang diharapkan bisa selesai 1,5-2 tahun ke depan,” paparnya.

Sistem kelistrikan Nunukan, kata Machnizon, pada 2020 nanti diharapkan sudah terintegrasi dengan sistem Kaltara hingga sistem di Kaltim.

Kini, sistem Nunukan sudah memiliki daya yang cukup. Di sisi lain, PLN juga menjaga kehandalan jaringan agar tidak menghambat laju distribusi listrik kepada masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut, Machnizon berharap peran aktif pemerintah daerah beserta segenap lapisan masyarakat.

Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid mengapresiasi langkah PLN yang menambah kapasitas Sistem Nunukan melalui PLTD ini. “Tentunya dengan listrik yang cukup, kualitas kehidupan masyarakat akan meningkat dan roda pemerintahan pun bisa berjalan lebih baik lagi. Saya harap ini merupakan solusi atas kebutuhan listrik bagi warga Nunukan,” tuturnya.

(fjo)
Sumber : https://ekbis.sindonews.com/

  • 4

Training Operational and Maintenance BMGS 1740C5-CN20

Pelatihan “OPERATIONAL and MAINTENANCE BMGS 1740C5-CN20” dari tanggal 4 Oktober 2017 s/d 17 Oktober 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 55 orang  di Makassar.

  1. PT. ALMIRA
  2. PT. PLN (Persero) Tarakan
  3. PT. PLN (Persero) Sector Pembangkitan Tello
  4. PT. Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia
  5. OPHAR PT. PLN (Persero) PLTG Sector Pembangkitan Tello
  6. OPERATOR PT. PLN (Persero) PLTD Sector Pembangkitan Tello
  7. PT. PLN (Persero) PLTG Sector Pembangkitan Tello
  8. KCA PT. PLN (Persero) PLTD Sector Pembangkitan Tello
  9. PT. PLN (Persero)
  10. PT. PLN (Persero) PLTD Sector Pembangkitan Tello

  • 5

Perkembangan Proyek 35.000 MW

Tags : 

Jakarta – Program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Mei 2015 lalu terus dikebut. Sudah sejauh mana perkembangan program ini setelah berjalan 2 tahun?

Dikutip dari data PLN, berikut progres teranyar program 35.000 MW per Juli 2017:

Porsi PLN
Perencanaan 4.090 MW (36%)

Pengadaan 1.859 MW (17%)
Konstruksi 5.140 MW (46%)
Commercial Operation Date/COD 167,5 MW (1%)

Porsi Independent Power Producer (IPP)
Perencanaan 2.880 MW (12%)
Pengadaan 3.496 MW (14%)
Sudah kontrak Power Purchase Agreement (PPA) tapi belum konstruksi 8.150 MW (33%)
Konstruksi 9.453 (39%)
Commercial Operation Date/COD 590 MW (2%)

Secara total, 6.970 MW (19,5%) sedang dalam tahap perencanaan, 5.355 MW (15%) di pengadaan, 8.150 MW (22,5%) sudah PPA tapi belum konstruksi, 14.593 MW (41%) sudah konstruksi, dan 757,5 MW (2%) yang sudah COD alias beroperasi secara komersial.

Dengan demikian, sejauh ini 43% pembangkit listrik yang sudah dibangun, yaitu 41% di tahap konstruksi dan 2% sudah COD atau selesai.

Berdasarkan catatan detikFinance, pada 10 Maret 2017 lalu proyek pembangkit yang sudah masuk tahap konstruksi masih 10.442 MW. Artinya dalam waktu kurang dari 4 bulan ada 4.151 MW pembangkit lagi yang sudah mulai dibangun.

Lalu pembangkit yang sudah COD alias beroperasi secara komersial pada 10 Maret 2017 sebanyak 639 MW, per Juli 2017 bertambah menjadi 757,5 MW. (mca/ang)

Sumber : https://finance.detik.com/energi/


  • 2

Jepang Siap Ikut Kontribusi Kembangkan Pembangkit Listrik Sembilan Gigawatt

JAKARTA – Jepang terus berupaya berkontribusi untuk pengembangan sektor kelistrikan di Indonesia. Jepang berencana ikut berkontribusi mengembangkan sekitar sembilan gigawatt (GW) dari rencana pemerintah membangun pembangkit listrik 35GW.
“Pemerintah dan pihak swasta Jepang punya minat yang tinggi untuk proyek ini (pembangkit listrik),” kata Yuko Baba, Director for Trade Promotion, Trade Promotion Divition, Trade and Economic Cooperation Berau, Ministry of Economic, Trade and Industry Jepang,Rabu (8/11).
Yuko mengatakan Jepang telah berkontribusi untuk sektor pembangkit listrik di Indonesia melalui teknologi dan pengetahuan. Jepang telah memperkenalkan proyek yang menggantikan pembangkit listrik yang menggabungkan tenaga gas dan uap, dan meningkatkan energi seperti yang dihasilkan dari 300 MW menjadi sekitar 720 MW di PLTGU Muara Karang.
“Pembangkit listrik tersebut telah berkontribusi untuk memperbaiki keseimbangan pasokan dan permintaan listrik di Jawa-Bali dan juga menstabilkan perekonomian Indonesia,” ungkap dia.
Yudo menambahkan, pembangkit listrik termal di Tanjung Priok, pembangkit listrik termal di Keramasan, dan pembangkit listrik gabungan tenaga gas dan uap Cilegon memiliki komponen utama yang berasal dari Jepang dan telah beroperasi dengan stabil sejak awal.
“Karena Indonesia masih harus mengimpor gas alam dari luar negeri untuk merespon pesatnya pertumbuhan permintaan energi, Jepang telah berkontribusi membuat rencana induk mengenai pembangunan infrastruktur impor gas alam. Serta mengusulkan konsep pembangkit listrik apung dan jaringam distribusi gas alam yang dapat membantu meningkatkan akses energi di pulau-pulau kecil,” kata Yuko.(RA)

Sumber : www.dunia-energi.com


  • 3

Cadangan Daya Kelistrikan Sulselrabar Capai 33%

Bisnis.com, MAKASSAR – Cadangan daya dalam sistem kelistrikan Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat atau Sulselrabar diproyeksikan sudah menyentuh angka 33% pada 2018 mendatang seiring masuknya tambahan daya dari sejumlah pembangkit yang beroperasional.

Sejauh ini, cadangan daya atau reverse margin kelistrikan Sulselrabat secara kumulatif masih berada di kisaran 22%, di mana kapasitas terpasang 1.566 MW dengan beban puncak mencapai 1.280 MW.

Posisi tersebut masih berada di bawah angka ideal cadangan daya sebesar 30% yang merupakan ambang batas dalam menekan potensi terjadinya defisit daya saat pembangkit utama mengalami gagal operasional atau gangguan teknis.

GM Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sulselrabar, Bob Saril mengemukakan posisi cadangan daya eksiting saat ini berkisar 286 MW dan bakal bertambah lagi seiring dengan perencaaan masuknya 290 MW di Sulsel serta sekitar 117 MW dari beberapa pemaangkit yang terletak di Sulbar dan Sultra.

Seluruh tambahan daya tersebut masuk secara bertahap mulai pertengahan semester kedua 2017 hingga 2018 mendatang dengan total sebesar 407 MW, baik dari pembangkit milik sendiri maupun pembangkit milik korporasi swasta.

“Jika semuanya terelisasi sesuai dengan perencaan, tentu tidak akan ada lagi defisit hingga pemadaman meskipun terdapat pembangkit yang tidak bisa menyuplai daya,” katanya usai PLN Executive investment Forum di Makassar, Selasa (19/7/2017).

Adapun penambahan daya yang segera masuk pada semester kedua tahun ini diantaranya bersumber dari PLTU Punagaya 100 MW, lalu PLTU Jeneponto eksisiting Bosowa energi 125 MW serta PLTD perseroan yang ditempatkan pada Tello dan Makassar berkapasitas kumulatif 65 MW.

Dengan penambahan tersebut, kapasitas terpasang kelistrikan Sulselrabar pada tahun depan secara maskimal bakal menyentuh 1.973 MW dengan estimasi cadangan daya 498 MW meskipun terjadi pergerakan beban puncak menjadi 1.475 MW.

Menurut Bob, ketersediaan daya tersebut dinilai pula mampu mengakomodor kebutuhan industri yang masuk ke Sulselrabar dalam skala besar selain memenuhi kebutuhan pelanggan komersil lainnya.

Khusus untuk konsumsi listrik segmen pelanggan industri di Sulselrabar masih berkisar 30% namun berpotensi meningkat cukup tajam pada beberapa tahun terakhir seiring dengan perencanaan pembangunan industri pengolahn, smelter maupun segmen besar lainnya.

Di sisi lain, rasio eletrifikasi Sulselrabar diharapkan pula ikut terdorong di mana secara kumulatif di wilayah berada pada posisi saat ini sebesar 91%, di mana rasio tertinggi berada di Sulsel sedangkan terendah di Sulawesi Tenggara lantaran terbentur letak geografis.

“Pembangunan transmisi baru juga akan direalisasi unutk daerah Sulawesi Tenggara, sehingga rasio elektrfikasi secara keseluruhan bisa bergerak naik. Untuk daerah pulau, ada pula skema pengadaan pembangkit diesel maupun genset untuk kebutuhan pelanggan,” papar Bob.

Dia menjelaskan, perseroan juga memiliki perencanaan jangka panjang perihal ketersediaan daya listrik di Sulselrabar, di mana pada 2022 mendatang kapasitang terpasang bakal menjadi 4.158 MW dengan estimasi cadangan daya 57% ekuivalen 1.522 MW terhadap proyeksi beban puncak.

Dalam kesempatan sama, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengapresiai langkah terukur dari PLN dalam menyediakan ketersediaan listrik disertasi dengan pembangunan jaringan transmisi untuk mengoptimalkan distribusi ke seluruh daerah.

Kendati demikian, lanjutnya, PLN tidak hanya memprioritaskan kebutuhan untuk industri tetapi pula bagi pelanggan rumah tangga baik di perkotaan maupun di perdesaan dalam kerangka pemerataan aliran listrik.

“Khusus di Sulsel sendiri, pertumbuhan konsumsi listrik kita rata-rat naik 60 MW per tahun. Itupun masih tercipta surplus listri, namun yang juga harus dipastikan adalah konsistensi pelayanan,” paparnya.

Syahrul menjelaskan, permasalahan yang kerap dialami masyarakat Sulsel maupun pelanggan PLN di daerah ini adalah performa distribusi listrik yang terkadang terputus dengan tiba-tiba lalu menyala kembali dengan durasi relatif tidak berjarak.

Namun secara umum, dia menilai kinerja PLN Sulselrabar sudah sangat optimal untuk menyediakan listrik bagi masyarakat serta dunia usaha di Sulsel termasuk pula mendukung distribusi listrik di perdesaan.

Sumber : http://sulawesi.bisnis.com


error: Content is protected !!